Kateter uretral (kateter urine) adalah tabung berongga, sebagian fleksibel yang dapat mengumpulkan urine dari kandung kemih dan mengarah ke kantong drainase.

Kateter uretral tersedia dalam berbagai ukuran dan berbagai jenis, serta bisa terbuat dari karet, plastik (PVC) dan silikon.

Jika kandung kemih tidak kosong, urine dapat menumpuk dan dapat menyebabkan tekanan pada ginjal. Tekanan tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal yang dapat berbahaya serta dapat mengakibatkan kerusakan secara permanen pada ginjal.

Sebagian besar kateter diperlukan sampai Anda mendapatkan kembali kemampuan untuk kencing sendiri yang biasanya dalam waktu singkat.

Orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang mengalami cedera secara permanen atau mereka yang mengalami penyakit yang parah mungkin perlu menggunakan kateter uretral untuk waktu yang lebih lama atau permanen.

Apa Tujuan Menggunakan Kateter Uretral?

Pemakaian kateter uretral, biasanya karena saran dari dokter. Jadi, mungkin dokter mungkin akan merekomendasikan kateter jika:

  • Tidak bisa mengontrol saat kencing.
  • Mengalami inkontinensia urine.
  • Mengalami retensi urine.
  • Kandung kemih atau batu ginjal.
  • Adanya gumpalan darah dalam urine.
  • Pembesaran kelenjar prostat yang parah.
  • Operasi pada kelenjar prostat.
  • Cedera pada saraf kandung kemih.
  • Cedera saraf tulang belakang.
  • Suatu kondisi yang dapat mengganggu fungsi mental seperti demensia.
  • Obat-obatan yang dapat merusak kemampuan otot kandung kemih yang dapat menyebabkan urine tetap tertahan di kandung kemih.

Faktor Risiko dan Komplikasi Kateter Uretral

Kateter uretral adalah penyebab utama infeksi saluran kemih (ISK) terkait pengobatan kesehatan. Gejala ISK mungkin termasuk:

  • Demam.
  • Menggigil.
  • Sakit kepala.
  • Urine keruh karena nanah.
  • Pembakaran uretra atau pembakaran area genital.
  • Kebocoran urine dari kateter.
  • Darah dalam urine.
  • Urine berbau busuk.
  • Sakit pinggang dan pegal-pegal.

Meskipun tidak semua efek samping dari penggunaan kateter uretral dapat dihindari sepenuhnya, Anda dapat membantu mengurangi risiko dengan langkah diet dan kebersihan tertentu, serta mencegah penyumbatan pada sistem drainase kateter.

Konsultasikan faktor risikonya dengan dokter, seperti:

  • Tidak mendapatkan cukup cairan

Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan ISK selanjutnya. Urine pucat menunjukkan bahwa Anda mendapatkan cukup air.

  • Kurangnya serat dalam diet

Mengonsumsi makanan berserat tinggi yang cukup, seperti sayuran, biji-bijian dan buah-buahan dapat menjaga pergerakan usus tetap teratur dan dapat mencegah kebocoran kateter akibat konstipasi.

  • Disorganisasi kateter

Setiap putaran atau tikungan pada kateter, serta perpindahan kantong urine juga dapat menyebabkan penyumbatan atau kebocoran.

Bagaimana Perawatan Kateter Uretral?

Anda juga harus minum banyak air agar urine Anda tetap jernih atau hanya sedikit berwarna kuning. Ini akan membantu mencegah infeksi.

Kosongkan kantong drainase yang digunakan untuk menampung urine minimal setiap 8 jam dan setiap kali kantong sudah penuh.

Meskipun kateter uretral sangat membantu, kateter juga dapat menyebabkan efek samping jika kotor.

ISK adalah risiko paling umum dari jenis kateter ini. Anda harus segera mengkonsultasikan dengan dokter jika memiliki gejala yang mungkin terjadi, seperti demam atau adanya darah dalam urine.

Segera Konsultasi di Klinik Kelamin Jakarta

klinik kulit kelamin jakarta

Img: klinikapollojakarta.com

Klinik Apollo adalah klinik kelamin Jakarta, pasien akan langsung ditangani oleh dokter ahli dan staff medis yang handal dibidangnya.

Selain itu biaya pengobatan yang sangat terjangkau. Lokasi klinik yang sangat strategis yang berada di Jakarta, Indonesia.

Klinik Apollo sangat mengutamakan kepuasan dan kesembuhan setiap pasiennya dengan memprioritaskan pasiennya dalam setiap pengobatan dan pelayanannya.

Dan jika mempunyai pertanyaan lainnya seputar penyakit kelamin, Anda bisa menggunakan layanan konsultasi medis online secara gratis.

Suka dengan artikel ini?

About the Author: Yulia

Yulia adalah seorang Content Writer di Klinik Apollo yang sudah berkecimpung di dunia kesehatan penyakit kelamin sejak tahun 2017.

Leave A Comment