Klinik Apollo, Jakarta – Apakah epididimitis menular? Epididimitis adalah peradangan pada epididimis yaitu sebuah tabung di belakang testis yang membawa sperma.
Ini dapat terjadi pada usia berapa pun, meskipun paling sering terjadi pada orang berusia antara 14 tahun hingga usia 35 tahun.
Epididimitis adalah peradangan epididimis atau tabung melingkar di bagian belakang testis yang menyimpan sperma dan membawa sperma. Pembengkakan ini dapat menyebabkan nyeri testis yang hebat.
Gejala epididimitis mungkin termasuk:
- Nyeri di skrotum, terkadang berpindah ke seluruh selangkangan.
- Pembengkakan dan kemerahan di testis.
- Darah dalam air mani.
- Demam dan menggigil.
- Disuria (kencing yang menyakitkan).
Faktor Risiko Penularan Penyakit Epididimitis
Img: klinikapollojakarta.com
Sebagian besar kasus epididimitis disebabkan oleh infeksi yang disebut E. coli. Infeksi ini sering muncul melalui penyakit menular seksual (PMS).
Infeksi lain, termasuk virus gondok dan tuberkulosis juga dapat menyebabkan epididimitis.
Penyebab epididimitis lainnya termasuk:
- Kelenjar prostat yang membesar atau kelenjar prostat yang terinfeksi (kelenjar berotot kecil yang mengelilingi bagian dari uretra).
- Penggunaan kateter (tabung yang mengalirkan kandung kemih).
- Cedera pangkal paha traumatis.
Jika epididimitis tidak segera diobati, komplikasi dapat berkembang seperti abses (kantung berisi nanah) pada skrotum. Kulit skrotum mungkin terbuka karena pembengkakan dan infeksi.
Sementara epididimitis mengacu pada peradangan pada tabung di bagian belakang testis, orkitis mengacu pada pembengkakan testis. Terkadang, kedua kondisi ini terjadi secara bersamaan.
Ketika ini terjadi, itu disebut epididimo orkitis. Untuk mengurangi risiko epididimitis, maka harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan meminimalkan waktu duduk yang lama.
Jika telah didiagnosis dengan epididimitis, dokter akan meresepkan pengobatan antibiotik untuk meringankan gejala.
Meskipun epididimitis bisa sangat menyakitkan, biasanya tidak menyebabkan masalah jangka panjang, terutama jika mendapat pengobatan sejak dini.
Kebanyakan orang yang diobati karena epididimitis mulai merasa lebih baik setelah 3 hari, meskipun ketidaknyamanan dan pembengkakan dapat berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah menyelesaikan pengobatan antibiotik.
Penting untuk menyelesaikan seluruh pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter. Jika gejala kambuh, tindak lanjuti dengan dokter. Dokter dapat mengesampingkan kondisi lain termasuk tumor atau kanker testis.
Baca Juga: Ketahui Perbedaan Epididimitis dan Orkitis, Simak Disini!
Cara Mengobati Epididimitis yang Menular
Untuk mendiagnosis epididimitis, dokter akan memeriksa skrotum untuk mencari area lunak atau benjolan. Dokter juga dapat menyarankan urinalisis (tes urine) untuk mencari bakteri dalam kencing.
Dalam beberapa kasus epididimitis, USG dapat berguna untuk mengambil gambar diagnostik skrotum. Pengobatan epididimitis melibatkan pengobatan antibiotik.
Setiap orang dengan epididimitis juga dapat meredakan gejalanya dengan:
- Istirahat.
- Mengangkat skrotum.
- Mengkonsumsi cairan.
- Melakukan pengobatan anti inflamasi untuk rasa sakit.
Untuk lebih jelas mengenai pengobatan epididimitis, segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter.
Dokter dapat merekomendasikan pengobatan terbaiknya. Anda tidak perlu khawatir mengenai epididimitis, karena bisa teratasi dan bisa sembuh dengan pengobatan yang tepat dan cepat.
Konsultasi di Klinik Kelamin Jakarta
Img: klinikapollojakarta.com
Klinik Apollo adalah klinik kelamin Jakarta, pasien akan langsung ditangani oleh dokter ahli dan staff medis yang handal dibidangnya.
Selain itu biaya pengobatan yang sangat terjangkau. Lokasi klinik yang sangat strategis yang berada di Jakarta, Indonesia.
Klinik Apollo sangat mengutamakan kepuasan dan kesembuhan setiap pasiennya dengan memprioritaskan pasiennya dalam setiap pengobatan dan pelayanannya.
Dan jika mempunyai pertanyaan lainnya seputar penyakit kelamin, Anda bisa menggunakan layanan konsultasi medis online secara gratis.
Suka dengan artikel ini?
About the Author: Klinik Apollo
