Klinik Apollo, Jakarta – Apa yang akan terjadi pada fimosis setelah sunat, apakah berbahaya? Fimosis adalah kondisi di mana kulup penis tidak dapat ditarik atau ditarik kembali dari kepala (glans atau kelenjar) penis.

Biasanya, fimosis dapat terjadi baik sebelum maupun setelah prosedur sunat. Namun, pada artikel ini, kita akan fokus pada fimosis yang terjadi setelah sunat.

Fimosis setelah sunat dapat menjadi masalah yang mengganggu dan memerlukan perhatian medis. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi gejala, penyebab dan penanganan yang tepat untuk fimosis setelah sunat.

Gejala Fimosis Setelah Sunat

Fimosis setelah sunat dapat menimbulkan gejala yang mengganggu. Beberapa gejala yang mungkin terjadi oleh seseorang yang mengalami fimosis setelah sunat antara lain:

  • Kesulitan membersihkan penis

Kulup yang tidak dapat Anda tarik kembali secara penuh dapat membuat sulit untuk membersihkan kepala penis dengan baik.

Hal ini dapat menyebabkan penumpukan bakteri dan kotoran yang pada gilirannya dapat menyebabkan infeksi atau peradangan.

  • Nyeri atau ketidaknyamanan

Fimosis setelah sunat juga dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan saat kencing atau saat ereksi. Kulup yang terjepit atau terluka saat ditarik atau saat penis ereksi dapat menjadi sumber ketidaknyamanan.

  • Pembengkakan atau peradangan

Kondisi fimosis setelah sunat juga dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan atau peradangan di sekitar kepala penis atau kulup.

Hal ini penyebabnya oleh iritasi atau infeksi yang terjadi akibat kesulitan membersihkan area tersebut.

Baca juga : Tanda gejala fimosis pada pria

Penyebab Fimosis Setelah Sunat

Fimosis setelah sunat dapat terjadi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Pembentukan jaringan parut yang berlebihan

Pada beberapa kasus, prosedur sunat dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut yang berlebihan di sekitar area operasi.

Jaringan parut ini dapat menyebabkan kulup menjadi kaku atau tidak elastis, sehingga sulit untuk ditarik atau ditarik kembali.

  • Infeksi atau peradangan

Infeksi atau peradangan yang terjadi setelah prosedur sunat dapat menyebabkan pembengkakan atau perubahan pada jaringan di sekitar kulup. Hal ini dapat menyebabkan fimosis.

Penanganan Fimosis Setelah Sunat

Penanganan fimosis setelah sunat tergantung pada tingkat keparahan dan gejala setiap orang. Metode penanganannya:

  • Terapi topikal

Dalam beberapa kasus, penggunaan krim atau salep kortikosteroid topikal dapat membantu mengurangi peradangan dan memperbaiki elastisitas kulup.

Dokter ahli akan meresepkan penggunaan salep secara teratur dan memberikan instruksi yang tepat tentang cara menggunakannya.

  • Pembalutan

Pada kasus fimosis yang lebih parah, dokter ahli mungkin akan merekomendasikan pembalutan lembut pada kulup menggunakan kasa atau perban medis.

Tujuannya adalah untuk memperpanjang dan melonggarkan kulup secara bertahap.

  • Prosedur bedah

Contohnya jika penanganan non bedah tidak berhasil atau fimosis sangat mengganggu, dokter ahli mungkin akan merekomendasikan prosedur bedah seperti frenuloplasti atau sirkumsisi parsial.

Prosedur ini untuk memperbaiki atau menghilangkan fimosis dengan cara memotong atau memperbaiki jaringan yang terkena.

Seperti yang sudah dijelaskan, fimosis setelah sunat dapat menjadi kondisi yang mengganggu dan memerlukan penanganan medis yang tepat.

Dengan pemikiran ini, gejala seperti kesulitan membersihkan penis, nyeri atau ketidaknyamanan serta pembengkakan atau peradangan dapat terjadi pada fimosis setelah sunat.

Penanganan dapat melibatkan terapi topikal, pembalutan atau dalam kasus yang lebih parah, prosedur bedah.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter ahli untuk mendapatkan diagnosis dan rekomendasi penanganan yang tepat.

>>>KONSULTASI ONLINE GRATIS DISINI<<<

Suka dengan artikel ini?

About the Author: Yulia

Yulia adalah seorang Content Writer di Klinik Apollo yang sudah berkecimpung di dunia kesehatan penyakit kelamin sejak tahun 2017.

Leave A Comment