Klinik Apollo, Jakarta – Keputihan tidak hanya disebabkan oleh jamur saja, tetapi juga bakteri. Meskipun sering terjadi, pada kenyataannya, banyak yang masih abai terhadap masalah ini.

Keputihan jamur dan bakteri sejatinya adalah cairan yang keluar karena infeksi dengan ciri-ciri yang tidak biasa. Misalnya, keputihan yang terjadi secara terus-menerus.

Apakah itu masih normal? Fenomena tersebut jelas harus mendapatkan perhatian serius dari penderita. Dengan kata lain, penderita perlu melakukan pemeriksaan kepada dokter.

Sekalipun demikian, keputihan jamur dan bakteri memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Bagaimana perbedaannya? Simak pembahasan berikut ini!

>> Konsultasi Online Gratis di Sini <<

Pengertian Keputihan

Keputihan adalah sekresi cairan dari vagina yang bukan termasuk dalam kategori darah. Keputihan merupakan permasalahan kedua yang umum terjadi pada wanita setelah kelainan perdarahan uterus.

Individu yang mengalami keputihan yang tidak berbahaya atau normal, maka ciri-ciri yang tampak, yaitu encer, berwarna bening, jumlah cairan sedikit, tidak bau, dan tidak menimbulkan gatal.

Beginilah Perbedaan Keputihan Akibat Jamur dan Bakteri

Keputihan merupakan siklus yang hanya terjadi pada wanita. Keadaan medis yang tetap harus diperhatikan sekalipun lazim terjadi ini bisa dialami ketika menjelang menstruasi, sesudah menstruasi, dan masa subur.

Apabila tidak menjaga area kewanitaan dengan baik, memakai celana ketat, atau mengalami infeksi menular seksual, wanita dapat menderita keputihan patologis (tidak normal). Itu muncul akibat infeksi ragi dan patogen.

Berikut adalah tiga perbedaan keputihan yang terjadi akibat jamur dan bakteri, berdasarkan penyebab, gejala, dan pengobatan.

1. Perbedaan Penyebab

Infeksi jamur atau kandidiasis muncul karena  pertumbuhan jamur Candida albicans yang tidak normal. Jamur tersebut bisa tumbuh dengan sangat cepat apabila berada di lingkungan yang lembap (vagina).

Di samping itu, infeksi bakteri yang dikenal sebagai vaginosis bakterialis terjadi pada saat keseimbangan bakteri alami di dalam vagina terganggu.

Bakteri tertentu, seperti Gardnerella vaginalis, dapat berkembang biak secara berlebihan. Selain itu, patogen, seperti Escheria coli, Streptococcus, dan Mycoplasma pun dapat menimbulkan keputihan abnormal.

2. Perbedaan Gejala

Gejala keputihan akibat infeksi jamur umumnya mencakup keluarnya keputihan yang tebal, sensasi gatal, dan rasa tidak nyaman di sekitar area vulva dan vagina.

Beberapa orang dari kaum Hawa juga mengalami adanya sensasi terbakar saat buang air kecil atau berhubungan seksual. Infeksi jamur umumnya tidak menimbulkan keputihan dengan bau yang kuat.

Sementara itu, keputihan yang datang karena infeksi vagina memiliki tekstur yang encer atau berbusa, serta berwarna putih atau abu-abu.

Kebanyakan wanita merasakan rasa gatal atau kegelisahan. Yang paling mencolok dari keputihan tersebut ialah tercium aroma tajam dan tidak sedap, terutama setelah berhubungan.

>> Konsultasi Online Gratis di Sini <<

3. Perbedaan Pengobatan

Metode pengobatan untuk kedua jenis keputihan ini berbeda satu sama lain. Biasanya, infeksi jamur diatasi dengan menggunakan antijamur baik dalam bentuk krim maupun tablet.

Berbeda dengan infeksi jamur, infeksi bakteri umumnya diobati dengan antibiotik yang diminum. Untuk mencegah terjadinya infeksi jamur, disarankan untuk menjaga kebersihan area genital.

Selain itu, menghindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat dan menghindari penggunaan produk pembersih vagina yang mengandung bahan keras.

Pada kasus keputihan bakteri, alangkah baiknya untuk menghindari douching dan kurangi risiko dengan menggunakan alat pengaman saat berhubungan seks.

TIdak hanya itu, menjaga pola makan juga sangat diperlukan. Hindari makanan-makanan yang dapat menyebabkan keputihan, seperti udang, keju, tape singkong, nanas, mentimun, dan sebagainya.

Nah, itulah pembahasan mengenai keputihan jamur dan bakteri. Jika merasakan ciri-ciri di atas, Anda tidak perlu ragu untuk berkonsultasi kepada kami. Silakan klik tautan di bawah ini untuk mendapatkan akses secara gratis.

Suka dengan artikel ini?

About the Author: Yusuf Shabran

Pemuda yang masih belajar menulis dan akan terus belajar hingga tinta menipis. Saat ini tengah mendalami konten-konten dan penulisan seputar kesehatan sebagai Content Writer Klinik Apollo.

Leave A Comment