Klinik Apollo, Jakarta – Pendarahan setelah berhubungan bisa menjadi perkara yang menakutkan sekalipun fenomena tersebut cukup umum terjadi di kalangan wanita.

Terutama wanita yang baru pertama kali berhubungan badan. Pasalnya, darah yang keluar setelah melakukan hubungan intim, yang tidak berkaitan dengan haid bisa menjadi tanda yang abnormal.

Apa penyebab perdarahan setelah berhubungan seksual pada wanita? Jawabannya bisa didapatkan apabila membaca artikel ini hingga selesai. Mari, simak bersama-sama.

>> Konsultasi Online Gratis Di Sini <<

Kumpulan Penyebab Perdarahan setelah Berhubungan

Darah yang mengalir atau keluar dari vagina setelah berhubungan intim, seringnya disebabkan oleh masalah di leher rahim.

Leher rahim merupakan bagian akhir rahim yang memiliki bentuk semacam tabung. Salah satu penyebabnya adalah peradangan leher rahim (servisitis).

Kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Namun, lain halnya dengan servisitis yang muncul akibat penyakit menular seksual (IMS).

Selain itu, berikut adalah penyebab pendarahan setelah berhubungan intim yang berbahaya.

  • Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual (PMS) seperti klamidia dan gonore dapat menimbulkan banyak tanda pada vagina.

Beberapa contoh dari gejala penyakit menular seksual pada wanita, nyeri panggul, gatal, sensasi terbakar, keputihan abnormal, serta perih saat buang air kecil.

Setiap penyakit memiliki karakteristik gejala khasnya sendiri meskipun peradangan yang disebabkan oleh infeksi apa pun dapat berpotensi menyebabkan perdarahan pada vagina.

Misalnya, trikomoniasis, sifilis, atau herpes genital yang dapat mengakibatkan perdarahan yang abnormal.

  • Polip Serviks

Meskipun tidak berbahaya, polip yang muncul di serviks atau endometrium bisa menimbulkan pendarahan berhubungan seksual.

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang berlebihan di dalam rahim atau di serviks. Sekalipun bukan menjadi tanda kanker, polip dapat mengakibatkan vagina keluar darah pasca melakukan aktivitas seksual.

Polip pada serviks atau endometrium biasanya memiliki bentuk seperti tonjolan kecil dan tidak menyakitkan.

Akan tetapi, mereka bisa menjadi sensitif dan mudah berdarah saat terkena gesekan selama kegiatan seksual.

>> Konsultasi Online Gratis Di Sini <<

  • Atrofi Vagina

Atrofi vagina adalah peradangan, kekeringan, dan penipisan yang terjadi di dinding vagina.

Kondisi ini dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan vagina dan saluran kemih.

Pada tahap awal, atrofi vagina kerap kali tidak memunculkan gejala apa pun atau hanya gejala yang ringan, seperti kurangnya kelembaban Miss V selama berhubungan seksual.

Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi ini dapat memunculkan gejala yang lebih serius, seperti iritasi vagina yang berulang.

Jika vagina terkena iritasi secara berulang-ulang, hal ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan bahkan nyeri saat beraktivitas seks.

  • Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kondisi medis, menggambarkan janin berkembang di luar rahim, biasanya di salah satu saluran tuba falopi.

Ektopik dapat menimbulkan berbagai gejala, termasuk perdarahan pada alat kelamin wanita secara tidak normal, sakit perut bagian bawah, dan sensasi tidak enak di panggul.

Pendarahan pasca merealisasikan hubungan seks dapat menjadi salah satu tanda dari problem tersebut, terutama janin yang tumbuh di luar rahim, yang mengakibatkan kerusakan saluran tuba atau organ lainnya.

Jika mengalami kelainan saat hamil, Anda perlu menanganinya dengan cepat dan tepat. Sebab, kehamilan ektopik termasuk keadaan yang darurat. Apabila tidak diobati, penderita bisa mengalami ruptur.

  • Kanker Vagina

Wanita bisa mengalami kanker, salah satunya adalah kanker vagina. Ketika seseorang menghadapi kondisi ini, mereka mungkin mengalami pembentukan benjolan di dalam vagina.

Selain itu, gejala lain seperti rasa gatal, nyeri saat buang air kecil, atau radang panggul juga dapat muncul.

Dalam beberapa situasi, perdarahan vagina setelah berhubungan seksual dapat terjadi. Penting untuk mengambil pencegahan yang tepat jika perdarahan ini terjadi setelah masa menopause.

Sebuah langkah diperlukan karena risiko kanker meningkat seiring bertambahnya usia. Anda dapat mendeteksi kanker secara dini melalui metode, seperti Pap smear atau  Inspeksi Visual Asetat (IVA).

Lakukan setidaknya setiap 3 tahun sekali setelah aktif secara seksual. Itu termasuk upaya yang bijaksana untuk mengawasi kesehatan reproduksi dan mengidentifikasi potensi masalah kesehatan.

Baca Juga: Bikin Tercengang! Vagina Berdarah saat Berhubungan, Kenapa?

Tips Mencegah Pendarahan setelah Berhubungan

Untuk mengantisipasi keluar darah setelah berhubungan, Anda bisa mencegahnya dengan melakukan beberapa langkah.

Berikut adalah cara mencegah pendarahan setelah melakukan hubungan intim:

  • Perbanyak minum air putih. Dengan meneguk 8 gelas air putih (minimal) per hari, vagina terhindar dari masa kekeringan.
  • Menggunakan pelumas yang terbuat dari air atau silikon agar Anda bisa mencegah perdarahan.
  • Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan Anda.
  • Menghindari hubungan intim yang terlalu kasar.

Apabila setelah bercinta dengan pasangan, Anda mengeluarkan darah dari vagina, segera konsultasikan dengan dokter. Dengan berkonsultasi, pengobatan terealisasikan secepat mungkin.

Jadi, itulah penjelasan mengenai pendarahan setelah berhubungan. Tidak perlu khawatir apabila mengalami kejadian tersebut. Cukup akses tautan di bawah ini untuk berkonsultasi dengan kami.

Suka dengan artikel ini?

About the Author: Yusuf Shabran

Pemuda yang masih belajar menulis dan akan terus belajar hingga tinta menipis. Saat ini tengah mendalami konten-konten dan penulisan seputar kesehatan sebagai Content Writer Klinik Apollo.

Leave A Comment