Klinik Apollo, Jakarta – Vulvitis adalah suatu kondisi yang mana alat kelamin bagian luar wanita mengalami peradangan.

Wanita yang mengalami vulvitis, mungkin akan mengalami rasa gatal di alat kelaminnya, yang membuat dirinya tidak nyaman dan terganggu.

Peradangan ini sering terjadi akibat alergi, iritasi, dan infeksi. Tidak hanya membahas perkara penyebab, artikel ini akan menjelaskan mengenai gejala dan lain-lain. Berikut informasinya.

>> Konsultasi Online Gratis di Sini <<

Apa Itu Vulvitis?

Vulvitis adalah peradangan yang terjadi di vulva, wilayah (luar) kulit yang mengelilingi vagina dan uretra, termasuk klitoris dan labia.

Tidak hanya perempuan yang berusia tertentu saja, tetapi semua usia dapat mengalaminya, termasuk sebelum pubertas hingga setelah menopause.

Sebabnya, mereka memiliki tingkat estrogen yang lebih rendah sehingga mengakibatkan vulva menjadi lebih kering dan tipis.

Ketahuilah bahwa umumnya peradangan vulva tidak menghasilkan masalah yang serius.Kendati demikian, dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang berkelanjutan.

Penyebab Vulvitis

Vulvitis disebabkan oleh berbagai macam masalah, yaitu iritasi, infeksi, dan penyakit. Berikut penjelasan mengenai penyebabnya.

  • Iritasi

Iritasi yang berlebihan pada area vulva (bagian luar organ genital wanita) dapat berkontribusi pada perkembangan peradangan di area luar vagina.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan iritasi yang pada akhirnya menimbulkan radang di alat kelamin wanita, seperti bahan kimia dan gaya hidup.

Wanita yang mengalami iritasi akibat bahan kimia di bagian alat kewanitaan miliknya, mungkin karena memakai produk penjagaan pribadi yang mengandung bahan kimia keras.

Mengenai gaya hidup, gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menyebabkan iritasi. Penggunaan pakaian ketat, misalnya.

  • Infeksi

Ada berbagai macam infeksi yang bisa mengakibatkan peradangan vulva, yaitu infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi menular seksual, infeksi parasit, dan infeksi saluran kemih.

Berikut adalah macam-macam penyebab peradangan vulva berdasarkan infeksi:

  • Infeksi jamur yang salah satunya adalah Candida.
  • Radang akibat bakteri vaginosis.
  • Mengalami infeksi menular seksual, seperti herpes genital, kondiloma akuminata, atau gonore.
  • Iritasi yang timbul akibat kudis yang disebabkan oleh parasit.
  • Infeksi saluran kemih yang melibatkan vulva.
  • Dermatitis

Peradangan yang melibatkan kulit atau dermatitis terjadi ketika kulit terpapar dan teperdaya zat tertentu yang dapat menimbulkan alergi atau iritasi.

Jenis-jenis dermatitis yang dapat menyebabkan peradangan vulva meliputi:

  • Dermatitis kontak: terjadi pada saat kulit vulva bersentuhan dengan bahan-bahan, seperti deterjen, sabun, tisu, atau bahan kimia lainnya.
  • Dermatitis alergi: ini merupakan reaksi alergi terhadap produk-produk tertentu, seperti pewarna atau bahan kimia dalam produk sabun.
  • Dermatitis atopik: kondisi yang disebut eksim ini adalah jenis dermatitis kronis yang sering kali memiliki faktor genetik.

>> Konsultasi Online Gratis di Sini <<

Berbagai Gejala Vulvitis

Gejala vulvitis sangat bervariasi. Adapun gejalanya adalah sebagai berikut:

  • Keputihan yang memiliki aroma yang tidak sedap, cairan menjadi berlimpah, kental, dan menimbulkan gatal.
  • Bibir vagina tampak memerah dan membesar.
  • Vagina kering dan perih.
  • Penderita merasakan  nyeri saat melakukan hubungan sanggama.
  • Alat intim seperti terbakar setelah berhubungan badan.
  • Vagina dan vulva akan terasa sakit jika terkena zat kimia yang menimbulkan iritasi.

Cara Mengobati Vulvitis

Sebelum mengobati peradangan pada vulva, dokter mungkin akan bertanya mengenai keluhan, kemudian berlanjut dengan pemeriksaan fisik, dan mungkin melakukan pemeriksaan penunjang.

Setelah diagnosis, dokter mungkin merekomendasikan perawatan yang terdiri atas obat-obatan, tidak memakai produk yang iritatif, dan berendam di air dangkal.

Dokter bisa meresepkan sejumlah jenis obat untuk mengurangi gejala. Misalnya, salep. Salep dapat membantu meredakan iritasi dan rasa gatal.

Selain itu, dokter juga dapat memberikan krim tertentu yang bisa mengatasi ringannya kadar estrogen.

Jika disebabkan oleh jamur atau bakteri, dokter akan merekomendasikan krim antijamur atau antibiotik.

Sementara peradangan yang disebabkan oleh iritasi, pengidap bisa berhenti menggunakan sabun atau pewangi yang dapat memicu iritasi, kemudian berganti dengan produk yang aman.

Untuk mendukung penyembuhan, penderita dapat berendam air di bak. Metode ini dapat mengurangi gatal, iritasi, dan nyeri di organ kewanitaan.

Baca Juga: Alami Gatal di Vulva? Ketahui Penyebab dan Pengobatannya

Apa Komplikasi dari Peradangan Ini?

Jika vulva bermasalah, segera meminta bantuan kepada dokter. Apabila tidak diobati, peradangan dapat menimbulkan luka di vagina, penyakit radang panggul, dan endometritis.

Jika sudah sembuh dari vulvitis, alangkah baiknya untuk mencegah kejadian yang berulang dengan mengganti celana dalam secara rutin, memastikan vagina selalu kering, dan sebagainya.

Nah, apabila Anda merasakan gatal, nyeri, atau gejala lain di vulva, segera hubungi Klinik Apollo agar mendapatkan solusi yang terbaik atas masalah medis ini.

Suka dengan artikel ini?

About the Author: Yusuf Shabran

Pemuda yang masih belajar menulis dan akan terus belajar hingga tinta menipis. Saat ini tengah mendalami konten-konten dan penulisan seputar kesehatan sebagai Content Writer Klinik Apollo.

Leave A Comment